Aku Jatuhkan Talak Kepadamu
Tok… Tok… Tok…
Aku jatuhkan talak ketiga kepadamu
Saat ini kau sah
Berada dalam jeruji besi
Di mana semua mata telah menunjukmu…
Kini, canda dan tawamu
Akan menjadi cemooh semua publik
Apakah kau tak lihat saat ini?
Indonesiamu menangis…
Tetapi, di balik itu
Kau permainkan rakyatmu sendiri
Recehan demi recehan
Di kumpulkan untuk hidupnya
Tapi, di balik jasmu yang rapi
Kau buat sebuah pesta kecil
Hingga helak tawamu terdengar
Indonesia yang mendengar
Menjadi malu…
Di manakah rasa hatimu itu?
Kini, wajahmu telah tertunduk…
Perbuatanmu setimpal dengan talak itu
Meja hijau bisu
Telah menjadi saksi perbuatanmu
Selama ini
Hai, jasmu yang rapi…
Renungkanlah perbuatanmu…
Jangan sampai ulahmu terulang kembali…
Palembang, 5 Maret 2011
Tok… Tok… Tok…
Aku jatuhkan talak ketiga kepadamu
Saat ini kau sah
Berada dalam jeruji besi
Di mana semua mata telah menunjukmu…
Kini, canda dan tawamu
Akan menjadi cemooh semua publik
Apakah kau tak lihat saat ini?
Indonesiamu menangis…
Tetapi, di balik itu
Kau permainkan rakyatmu sendiri
Recehan demi recehan
Di kumpulkan untuk hidupnya
Tapi, di balik jasmu yang rapi
Kau buat sebuah pesta kecil
Hingga helak tawamu terdengar
Indonesia yang mendengar
Menjadi malu…
Di manakah rasa hatimu itu?
Kini, wajahmu telah tertunduk…
Perbuatanmu setimpal dengan talak itu
Meja hijau bisu
Telah menjadi saksi perbuatanmu
Selama ini
Hai, jasmu yang rapi…
Renungkanlah perbuatanmu…
Jangan sampai ulahmu terulang kembali…
Palembang, 5 Maret 2011
Dusta Cerita
Pilar-pilar cahaya membumbung ke angkasa
Asap kepul hilang menjadi gelak tawa
Recehan yang berhamburan terselip di antaranya
Sekecil harga tak digubrisnya
Lihatlah…
Rintihan tangis menahan perih
Langkah kaki yang tergontai
Perut kosong demi recehan
Dia sisihkan ke kantong hati
Tapi, apa yang kulihat di balik gedung sana?
Pakaian berdasi yang begitu rapi
Dia simpan seribu cara untuk hidupnya
Masih adakah perasaannya?
Demi bangsa ini
Tanya itu masih menggantung sejuta jawaban
Buih-buih cerita kau janjikan
Kini hanya dusta
Yang kau tinggalkan
Demi bangsa Indonesia
Janjimu hanyalah cerita belaka
Palembang, 5 Maret 2011
Pilar-pilar cahaya membumbung ke angkasa
Asap kepul hilang menjadi gelak tawa
Recehan yang berhamburan terselip di antaranya
Sekecil harga tak digubrisnya
Lihatlah…
Rintihan tangis menahan perih
Langkah kaki yang tergontai
Perut kosong demi recehan
Dia sisihkan ke kantong hati
Tapi, apa yang kulihat di balik gedung sana?
Pakaian berdasi yang begitu rapi
Dia simpan seribu cara untuk hidupnya
Masih adakah perasaannya?
Demi bangsa ini
Tanya itu masih menggantung sejuta jawaban
Buih-buih cerita kau janjikan
Kini hanya dusta
Yang kau tinggalkan
Demi bangsa Indonesia
Janjimu hanyalah cerita belaka
Palembang, 5 Maret 2011
Buih Koruptor
Pekat dingin tak kausalami
Lebur jiwa tak kauindahi
Hingga inilah sebab akibatmu
Hai, buih yang terpojok
Lihatlah sosok itu
Diam tanpa kata
Kepul asapnya pun makin menjadi
Warna-warnanya pun tetap kian menarik
Di bisunya dinding-dinding hari
Namun, tak kaupahami
Di luar buihmu
Ada jiwa yang menjerit
Segenggam recehan terus di raihnya
Tapi, di balik itu
Kau buat permainan kecil
Hingga semuanya menjadi sengsara
Kini, buihmu tak lagi khusus
Tetapi buihmu dicap maklumat koruptor
Mata-mata pun yang menatapmu
Enggan hadir untuk membela
Buihmu…
Hanya membisu di antara hari-harimu
Nikmatilah di balik keseragaman…
Palembang, 7 Maret 2011
Pekat dingin tak kausalami
Lebur jiwa tak kauindahi
Hingga inilah sebab akibatmu
Hai, buih yang terpojok
Lihatlah sosok itu
Diam tanpa kata
Kepul asapnya pun makin menjadi
Warna-warnanya pun tetap kian menarik
Di bisunya dinding-dinding hari
Namun, tak kaupahami
Di luar buihmu
Ada jiwa yang menjerit
Segenggam recehan terus di raihnya
Tapi, di balik itu
Kau buat permainan kecil
Hingga semuanya menjadi sengsara
Kini, buihmu tak lagi khusus
Tetapi buihmu dicap maklumat koruptor
Mata-mata pun yang menatapmu
Enggan hadir untuk membela
Buihmu…
Hanya membisu di antara hari-harimu
Nikmatilah di balik keseragaman…
Palembang, 7 Maret 2011
http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/puisi-sastra/12/04/12/m2awo1-dusta-cerita-puisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar