Menulis adalah jiwa, hati, dan pikiran yang menyatu satu sama lain dan tak pernah terpisahkan. Ketika goresan bergulir di atas kertas putih bersama tinta hati. Selamat Datang dan Selamat Membaca. Semoga bermanfaat. Keep Smile... ^_^
Rabu, 25 Januari 2012
Sabtu, 14 Januari 2012
Aksara Terindah
Teruntuk ; Alm. Ibunda dari sahabatku Tri Vivin Alvina
Enam tahun yang lalu
Masih kuingat guratan teduh wajahmu
Senyummu yang begitu lepas
Kala kami membuat rusuh
Secangkir sirup segar penghilang dahaga
Sepiring puding cokelat susu
Kau sajikan untuk kami
Empat tahun yang lalu
Guratan teduh wajahmu masih sangat kurasa
Kala itu putri kesayanganmu telah dipinang
Kamipun berkumpul menjadi satu
Suka dan dukapun menyambut
Ketika si bungsumu tidak mau diajak foto bersama
Kamilah yang merayunya
Tiga tahun yang lalu
Sudah lama aku tak menjengukmu
Sudah lama pula aku tak menyapamu, Ibu
Walau saat itu engkau telah sedikit pelupa
Namun, aku tahu di hatimu masih ada sejuta cinta dan rindu
Kala kami berkumpul dan selalu membuat rusuh
Kamipun merindu kala itu tiba, Ibu
Genap sudah tahun berlalu
Aku masih tak percaya
Ketika sebuah pesan singkat menghampiri ponselku
Putrimu yang telah dipinang nan jauh disana
Memberi kabar kepadaku
Sungguh, aksara terindah ini akan aku kenang, Ibu
Palembang, 14.01.2012
Enam tahun yang lalu
Masih kuingat guratan teduh wajahmu
Senyummu yang begitu lepas
Kala kami membuat rusuh
Secangkir sirup segar penghilang dahaga
Sepiring puding cokelat susu
Kau sajikan untuk kami
Empat tahun yang lalu
Guratan teduh wajahmu masih sangat kurasa
Kala itu putri kesayanganmu telah dipinang
Kamipun berkumpul menjadi satu
Suka dan dukapun menyambut
Ketika si bungsumu tidak mau diajak foto bersama
Kamilah yang merayunya
Tiga tahun yang lalu
Sudah lama aku tak menjengukmu
Sudah lama pula aku tak menyapamu, Ibu
Walau saat itu engkau telah sedikit pelupa
Namun, aku tahu di hatimu masih ada sejuta cinta dan rindu
Kala kami berkumpul dan selalu membuat rusuh
Kamipun merindu kala itu tiba, Ibu
Genap sudah tahun berlalu
Aku masih tak percaya
Ketika sebuah pesan singkat menghampiri ponselku
Putrimu yang telah dipinang nan jauh disana
Memberi kabar kepadaku
Sungguh, aksara terindah ini akan aku kenang, Ibu
Palembang, 14.01.2012
Senin, 09 Januari 2012
MENULIS
Menulis...
Menulis...
Menulis...
Menulis...
Menulis...
Menulis...
Dan menulis...
Namun, aku seperti lemah
Jiwaku terapung di antara lembah curam
Inginku teriak di antara keramaian
Tapi, keheninganku kembali menyeribak
Sepertinya aku bukan seperti dulu
; kertas, pulpen, pensil, laptop
Hanya penghias ruang kamarku
Kata-kata yang dulunya menjadi ruang hidup
Meredam entah kemana?
Kucoba mengais hasta-hasta cinta
Namun, setitik itu menghilang
Menulis, kembalikan aku seperti dahulu
Cinta dan hasta akan kuukir sepanjang hayat
Palembang, 24 September 2011
Ayumi Maulida
Menulis...
Menulis...
Menulis...
Menulis...
Menulis...
Dan menulis...
Namun, aku seperti lemah
Jiwaku terapung di antara lembah curam
Inginku teriak di antara keramaian
Tapi, keheninganku kembali menyeribak
Sepertinya aku bukan seperti dulu
; kertas, pulpen, pensil, laptop
Hanya penghias ruang kamarku
Kata-kata yang dulunya menjadi ruang hidup
Meredam entah kemana?
Kucoba mengais hasta-hasta cinta
Namun, setitik itu menghilang
Menulis, kembalikan aku seperti dahulu
Cinta dan hasta akan kuukir sepanjang hayat
Palembang, 24 September 2011
Ayumi Maulida
Sabtu, 07 Januari 2012
10 INCI
Di depan layar tak beraksara
Aku terdiam membisu
Aku pandangi layar yang hanya berukuran 10 inci
Tidak serupa dengan televisi di ruanganku
Dengan bluur layarku mengerdipkan warna-warna indahnya
Satu-persatu data di desktop muncul
Anti virus pun mulai bekerja sesuai tugasnya
mengisntal semua data yang tersimpan
Layar 10 inci pun total bersih dari virus
Dengan pelan, aku buka kembali beberapa dokumen
Dengan khidmat, aku eja kalimat demi kalimat menjadi sebuah sajak
Namun, sayang sajak itu hilang
Aku sendiri tidak tahu kemana sajak itu menghilang
Akupun kembali membisu
Hanya deru musik pop-jazz, nasyid yang menemaniku
Di layar 10 inci tak beraksara
Palembang, 2012
Sweety Home Alone
Aku terdiam membisu
Aku pandangi layar yang hanya berukuran 10 inci
Tidak serupa dengan televisi di ruanganku
Dengan bluur layarku mengerdipkan warna-warna indahnya
Satu-persatu data di desktop muncul
Anti virus pun mulai bekerja sesuai tugasnya
mengisntal semua data yang tersimpan
Layar 10 inci pun total bersih dari virus
Dengan pelan, aku buka kembali beberapa dokumen
Dengan khidmat, aku eja kalimat demi kalimat menjadi sebuah sajak
Namun, sayang sajak itu hilang
Aku sendiri tidak tahu kemana sajak itu menghilang
Akupun kembali membisu
Hanya deru musik pop-jazz, nasyid yang menemaniku
Di layar 10 inci tak beraksara
Palembang, 2012
Sweety Home Alone
Selasa, 03 Januari 2012
Harapan
Setahun berlalu sangat cepat
Banyak kenangan yang tidak bisa aku lupakan
Sejenak aku mencoba untuk merenung
Namun, renungan itu semakin menyayat
Ketika luka itu hadir
Dan berharap di awal tahun
Luka itu tak lagi menyayat dan membekas
Sungguh, walau itu terasa amat sulit
Hanya dengan kesungguhan semuanya akan sirna
Cahaya pun akan terang benderang
Palembang, 03 Januari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)