“Arrrggh, lama-lama gue bisa gila juga ngadepi tuh anak?” gerutu Lisa tidak
jelas sembari menghempaskan tubuhnya di ranjang. Saat itu baru saja pulang dari
Mall.
Ria yang melihat tingkah Lisa menjadi terbengong-bengong sendiri.
“Woi, kalau mangap tuh mulutnya jangan dibuka lebar-lebar. Ntar, laler
ijonya masuk ke mulut lo baru tau rasa deh.”
Ria yang merasa tersindir dengan omongan Lisa langsung menutup mulutnya. Dan
kembali membaca majalah yang baru saja di belinya di seberang dekat rumahnya.
***
Sejak menjadi sahabat karibnya, Ria tidak heran melihat tingkah Lisa. Apalagi
kalau lagi kesal sama si Butet? Pembantu rumah tangga yang selebor banget. Bisa-bisa
seisi ruangan di rumah hanya dengari ocehannya saja dari A-Z.
“Sa, memang lo gak capek ya dari tadi ngomel melulu? Kalu lo kesel tuh
cerita sama gue, jangan timpalin ke orang se-rumah.” Tanya Ria sambil mendesah.
“Memang siapa yang mau dengeri curhatan gue? Lo? Ah, yang ada gue ngomong
sama tembok,” jawab Lisa ketus.
“Asem nih bocah ngatain gue tembok. Memang selama ini gue apanya lo? Sahabat
atau tembok sih. Huftt!!!” gerutu Ria dalam hati.
Sifat Lisa dari SMP sampai sekarang duduk di SMU memang gak bisa di ubah.
Wajar saja sampai sekarang masih jomblo. Padahal, cantik loh! Cuma bicaranya saja
asal ceplos saja. Kata orang kalau bicara tidak berpikir dulu. Cowok-cowok di
sekolah pun jadi pada segan. Padahal, bisik-bisik angin, banyak sih cowok di
sekolah ingin dekati Lisa. Termasuk, Andre, anak basket, gantengnya minta ampun.
Duh, kalau menjelaskan soal Andre yang ada tidak pernah habis-habisnya, deh. Ya,
tapi begitulah Lisa! Walau cerewet Lisa baik kok suka bantuin teman yang sedang
kesusahan.
To Be Continue….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar